SERAMBIISLAM.COMSebutan istilah Islam Nusantara mungkin sekilas menggiring anggapan publik akan adanya kemunculan satu aliran baru dalam Islam.

Yang mana sebenarnya bagi para ulama cukup dipahami bahwasanya Islam Nusantara itu sebenarnya merupakan esensi perwujudan dari praktek keislaman secara kontekstual.

Sesuai dengan tradisi dan karakteristik sosio kultural masyarakat penghuni bumi Nusantara yang tentu tanpa menanggalkan sedikitpun prinsip kebenaran hakiki yang telah ditetapkan dalam syariat Islam itu sendiri.

KH. Ahmad Bahauddin Nursalim yang lebih populer dengan sebutan nama Gus Baha muncul sebagai sosok ulama fenomenal di tengah samudera Islam Nusantara.

Ulama kelahiran 1970 murid kesayangan ulama karismatik KH. Maimun Zubair asal Rembang Jawa Tengah ini tampil secara natural tanpa besutan media mainstream ataupun suatu organisasi yang memblow upnya sehingga menjadi viral dan terkenal seperti sekarang ini.

Sejumlah fakta yang fenomenal dari sosok seorang Gus Baha, antara lain:

1. Ketika banyak ulama yang atas nama kerendahan hatinya enggan menonjolkan predikatnya sebagai ulama, namun Gus Baha justru sering mengaku dengan lantang di depan publik bahwa dirinya adalah ulama.

“Saya ini ulama, saya ini Kyai beneran, saya ini ahli fiqih, saya ini orang alim, saya ini ahli tafsir Qur’an..” Demikian beberapa cuplikan kalimat yang sering dilontarkannya.

Hal tersebut ternyata sengaja dilakukannya bukan tanpa dasar. Gus Baha menjelaskan pentingnya mengakui kapasitas dan kapabilitas diri pribadi setiap orang agar banyak orang termudahkan untuk mendapatkan manfaat dengan tepat tanpa sesat.

Gus Baha mengilustrasikan misal ada seorang suami yang menyadari istrinya sedang hamil tua, maka perlu segera mengetahui dimana tempat persalinan terdekat.

Pada saat itu tentu akan sangat terbantu jika kemudian ditemukan adanya plakat yang bertuliskan Bidan Bersalin.

Nah begitu juga jika ada orang yang memang lulusan pesantren dan telah benar-benar menguasai bidang ilmu tertentu seperti ilmu fiqih, tahsinul Qur’an dan sebagainya.

Tentu akan sangat membantu masyarakat jika bidang keahliannya itu dimaklumatkan agar umat tidak sesat karena salah memilih narasumber.

Jangan sampai hanya karena terkecoh penampilan kesan sholeh atau kefasihan bicara seseorang yang nampak sering tampil di panggung publik atau media sosial lalu serta merta dianggap sebagai ulama yang paham tentang perkara halal haram dalam Islam.

2. Gus Baha penuh percaya diri dalam menyampaikan kebenaran ilmu yang dikuasainya sehingga tak segan-segan biasa berkata:

“Saya ini hafal Qur’an, banyak hafal hadits, banyak khatam kitab-kitab salaf, keilmuan saya punya sanad yang jelas dari para guru yang bersanad lurus hingga Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam.”

“Maka kalau mau mendebat saya ya musti tau diri, paling tidak hafalan dan khasanah kitab yang pernah dibacanya itu sama dengan saya!”

3. Gus Baha tidak gemar popularitas sehingga tidak punya akun media sosial baik itu Facebook, Instagram, YouTube, Tiktok termasuk WhatsApp, juga tidak ada program di radio atau televisi nasional seperti kebanyakan penceramah kondang.

Pun demikian banyak akun-akun medsos yang mengais monetisasi dari mengunggah rekaman acara-acara pengajiannya.

4. Jika kebanyakan ustadz atau penceramah senang jika diundang mengisi acara-acara pengajian umum, maka sangat berbeda dengan Gus Baha.

Dia sangat susah diundang, bahkan untuk sekedar bertamu di rumahnya sekalipun.

5. Gus Baha berpenampilan sederhana layaknya kebanyakan orang Islam di pedesaan yang cukup dengan sarung, kemeja putih dan peci hitam.

Bukan dengan baju koko, gamis atau jubah apalagi surban sebagaimana ulama-ulama pada umumnya.

6. Gus Baha mengedukasi umat agar memahami Islam tidak sebatas secara tekstual semata, namun lebih esensial.

Yakni bagaimana mengamalkan Islam secara kontekstual dengan tetap moderat tanpa terjerumus dalam paham radikal dan liberal.

Sehingga masyarakat semakin mudah memahami tentang pengertian Islam Nusantara yang sebenarnya tanpa harus terjebak dalam arabic sentris yang lazim dianggap islami.

7. Gus Baha menyampaikan pengajiannya dengan singkat, santai, gembira dan penuh canda tawa agar tidak membebani umat yang harus tegang, kaku, bertele-tele makan waktu.

8. Gus Baha walau didaulat untuk menduduki satu jabatan dalam struktur ormas Nahdlatul Ulama tapi tidak fanatisme terhadap organisasi dengan tetap menjaga kemurnian ilmu yang pantang terkontaminasi dengan politik identitas suatu kelompok Islam tertentu.

9. Gus Baha tidak pernah menyampaikan ujaran kebencian dan memprovokasi umat untuk cenderung fanatik terhadap tokoh politik tertentu selain sebatas menyampaikan kandungan isi kitab-kitab salaf yang ditekuninya.

10. Dalam masalah agama, Gus Baha pantang mengungkapkan pendapatnya sendiri, selain hanya menduplikasikan apa-apa yang telah disampaikan ulama-ulama sebelumnya, sehingga tak pernah terucap kata “menurut saya”.

11. Gus Baha walau sudah merambah ke berbagai negara di dunia, namun sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal baik di dalam maupun di luar negeri.

Gus Baha mendapatkan transformasi ilmu agamanya langsung dari ayah kandungnya sendiri yaitu KH. Nursalim dan lanjut berguru kepada KH. Maimun Zubair.

Pun demikian tidak surut nyali untuk cakap berfatwa di hadapan para profesor dan doktor-doktor lulusan universitas manapun.

12. Gus Baha mengajak umat untuk mudah memahami bahwasanya agama Islam itu sangat mudah diamalkan dengan dasar-dasar logika sederhana.

Sehingga banyak celah bagi umat Islam untuk mudah menggapai Ridho Allah Subhanahu wata’ala, hidup bahagia di dunia dan kelak masuk surga.

Bukan menakut-nakuti umat dengan hal-hal yang menjauhkan dari keceriaan dalam beragama.

Itulah 12 fenomena yang ada pada diri Gus Baha. Lebih lanjut bisa disimak penampilannya di banyak kanal media sosial yang dimiliki para pengagum kecerdasan ilmunya. (ibsae).***

Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.