SERAMBIISLAM.COM – Sifat sabar merupakan sifat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang muslim.
Karena dengan sifat sabar inilah seorang muslim dapat menyelesaikan semua permasalahan hidupnya yang selalu datang silih berganti.
Tanpa kesabaran seseorang akan mudah jatuh dalam keputus-asaan, stress, depresi dan bahkan dapat menyebabkan seseorang kehilangan keimanannya, naudzu billah.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba menjelaskan makna sabar dari pandangan beberapa ulama, pembagiannya, keutamaannya.
Serta beberapa nasehat para ulama yang dapat menguatkan jiwa agar kita mampu memiliki sifat sabar.
Ada banyak pengertian sabar yang telah disebutkan oleh beberapa ulama terkemuka.
Pengertian sabar secara istilah menurut beberapa ulama yang dikutip oleh Imam Al Qusyairi, diantaranya Dzun Nun Al Misri.
Bahwa sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan, dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran di medan penghidupan.
Menurut Atha’, sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap berprilaku baik.
Sedangkan menurut Ibnu Amr bin Utsman yang dimaksud sabar adalah tetap Bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menerima cobaannya dengan lapang dada dan senang hati.
Selain itu, Menurut Ibrahim Al-Khawash sabar adalah konsisten terhadap hukum-hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan menurut pendapat Ruwaim yang dimaksud dengan sabar adalah meninggalkan keluhan.
Sedangkan sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap bersikap baik dalam pergaulan sebagaimana keadaan normal.
Imam Hakim Tarmidzi di dalam kitabnya ilmul Auliya juga membahas tentang sabar dan lawannya.
Beliau mengatakan: Adapun sabar ia terbentuk dari kata ashabah, yaitu menjadikan sesuatu sebagai objek (sasaran) bidikan anak panah.
Gambaran sabar seperti seseorang yang dengan tegar dan teguh berada di suatu tempat, tidak condong kekiri dan ke kanan meski ia dijadikan sasaran bidikan anak panah oleh sesamanya.
Seperti itulah orang yang sabar, ia tetap berdiri di hadapan Allah mentaati hukum-Nya.
Mengenai lawan dari sifat sabar, beliau mengatakan bahwa lawan dari sifat sabar adalah keluh kesah (jaza’a), jika Sifat kufur dimurkai, sedangkan keluh kesah hanya dianggap dosa…
Orang yang meninggalkan sabar berarti berkeluh kesah akibat kesulitan berat yang menimpa. seseorang akan berkeluh kesah ketika ia tampak sangat panik ketika ditimpa cobaan”.
Ada dua kata yang menunjukkan sifat lemah, yaitu kata Jaz’u dan ‘ajzu, namun penggunaa kata keduanya berbeda.
‘ajzu digunakan untuk menunjukkan kelemahan fisik, dan ketidak berdayaan untuk melakukan suatu perbuatan, sedangkan jaz’un digunakan untuk menunjukkan kelemahan jiwa dan ketidak berdayaannya dalam bersikap yang seharusnya.
Orang yang memiliki sifat ‘ajzu tidak memuji Allah dan lalai dari mengingat-Nya, sedangkan orang yang mengidap jaz’u jiwanya rapuh.
Sifat yang pertama lebih berbahaya oleh karena itu sangsinya juga lebih besar.
Sabar memiliki beberapa jenis atau macam, menurut Imam Al Qusyairi sabar terbagi menjadi dua, yaitu sabar yang berkaitan dengan usaha hamba dan sabar yang tidak berkaitan dengan usaha hamba.
Sedangkan sabar yang berkaitan dengan usaha terbagi dua, yaitu: sabar terhadap perkara apa saja yang diperintahkan Allah dan sabar terhadap perkara apa saja yang dilarang-Nya.
Sementara sabar yang tidak berkaitan dengan usaha adalah sabar yang terkait dengan penderitaan atau musibah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Mengenai keutamaan sabar, banyak ayat Al Qur’an yang menjelaskannya secara detal, diantaranya,
Pertama, mendapatkan ganjaran pahala yang tiada batas.
Hal ini Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar : 10)
Kedua, Memperoleh Anugerah cinta Allah Ta’ala secara khusus.
Sebagaimana Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)
Ketiga, Rasulullah saw juga menyebutkan mengenai bala’ atau ujian
Yang merupakan bukti cinta dan kasih sayang khusus dari Allah.
اِذَا اَحَبَّ اللهُ عَبْدًا اِبْتَلَاهُ, فَاِنْ صَبَرَ اجْتَبَاهُ وَانْ رَضِيَ اصْطَفَاهُ
Artinya : Jika Allah swt mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya, jika orang itu sabar, maka Allah swt akan menjadikannya orang mulia, dan jika ia ridha maka Allah swt akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa.
Keempat, Kebersamaan dengan Allah senantiasa (Maiyyatullah).
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah : 153)
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Anfal : 66
Kelima, sabar dalam menghadapi ujian
Adalah sebagai media penghapus dosa-dosa dan kesalahan seorang muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya : “Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya), dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Keenam, sabar adalah bukti dan bagian dari keimanan.
Rasulullah saw sendiri pernah berkata ketika ditanyakan masalah iman kepadanya, beliau menjawab:
الإيْمَانُ الصَّبْرُ وَالسّمَاحَةُ
Artinya : Iman adalah keteguhan hati dalam bersabar dan murah hati
Ketujuh, Sabar sebagai penyebab datangnya pertolongan Allah.
Beberapa ayat Al qur’an menerangkan tentang keutamaan sabar yang menjadi penyebab turunnya pertolongan Allah kepada hamba-Nya.
Firman Allah Ta’ala yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,” (QS Al-Baqarah: 153).
Selain itu, Al Qur’an juga menyebutkan yang artinya: “Ya (cukup). ‘Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu secara tiba-tiba, niscaya Allah akan menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda’,” (QS Ali Imran: 125).
Kedelapan, Sabar adalah bagian dari puncak Iman.
أبي الدرداء -رضي الله عنه- موقوفاً: ذروة الإيمان أربع خلال: الصبر للحكم، والرضا بالقدر، والإخلاص للتوكل، والاستسلام للرب.
[نعيم بن حماد في ((زوائد الزهد))، حل، ((الضعيفة)) (3780)]
Artinya : Dari Abū al-Dardā’ RA secara mauqūf (sampai kepada beliau sahaja): Puncak iman yang paling tinggi adalah: Sabar kepada ketetapan, reda dengan takdir, ikhlas dalam tawakal, dan berserah kepada Tuhan. [Riwayat Nu‘aim bin Ḥammād dalam Zawā‘id al-Zuhd dan Abū Nu‘aim dalam al-Ḥilyah.
Kesembilan, Sabar adalah anugerah Allah terbesar yang Ia anugerahkan kepada hamba-Nya.
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw menyebutkan yang artinya:
“Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari No 1469).
ورد في الصحيحين قال النبي صلى الله عليه وسلم: «وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ».
Dan di dalam Sahihain Rasulullah saw bersabda: Dan tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas yang diberikan kepada seseorang melebihi dari pada kesabaran.
Kesepuluh, Ganjaran sabar di Yaumul Mizan
Hal ini disebutkan di dalam Haditsnya yang artinya: Nabi Saw bersabda:
“Ketika terjadi musibah pada seorang hamba, baik pada badannya, hartanya atau anaknya kemudian dia menghadapinya dengan kesabaran yang baik, maka pada hari kiamat Allah malu untuk memasang timbangan baginya dan malu untuk membentangkan buku catatan amalannya.”
Diantara cara agar kita tidak mudah sedih, depresi dan putus asa ketika menghadapi suatu musibah adalah dengan meneladani apa yang pernah diungkapkan oleh sahabat Umar bin Khattab ra tentang keimanannya terhadap rezeki dan Taqdir Ilahi.
Beliau berkata , “Aku tidak takut sesuatu hilang dariku karena aku tahu selain taqdirku maka tidak akan pernah menjadi milikku. Akupun tidak gelisah dengan sesuatu yang aku miliki kemudian aku kehilangannya.”
Kenapa? “Karena aku tahu sesuatu yang bukan jadi milikku, bagaimanapun, tidak akan pernah menjadi milikku. Begitupun sebaliknya, aku tidak pernah risau dengan apa yang belum aku dapatkan saat ini karena aku yakin kalau itu semua akan aku miliki maka akan datang dengan cara apapun”.
Demikianlah seharusnya cara kita memandang musibah dan dunia.
Sahabat Umar bin Khattab ra juga memiliki pendapat yang sangat mengagumkan ketika ditanya tentang musibah.
Ia mengatakan: “Tidak ada musibah yang menimpaku kecuali aku melihat di dalam musibah tersebut tiga manfaat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untukku.”
“Pertama, selama musibah tersebut tidak menimpa agamaku, maka aku anggap sebagai musibah yang kecil. Namun jika agamaku yang tertimpa musibah maka hal itu merupakan musibah besar bagiku karena dapat merugikan seseorang di dunia maupun akhirat.”
“Kedua, musibah ini kecil bagiku karena masih ada lagi musibah yang lebih besar dari ini. Karena di atas musibah yang aku alami masih ada lagi musibah yang lebih besar darinya. Ketiga, melalui musibah yang kualami, Allah SWT memberikanku kesabaran dan kesempatan untuk mengintropeksi diri karena kedua hal ini merupakan pengaman diriku yang meringankan musibah yang datang.”
Demikian beberapa penjelasan penting mengenai makna sifat sabar, keutamaan dan macam-macamnya, serta beberapa tips penting untuk kita mampu menerapkan sifat sabar dalam diri kita.
Semoga dapat tulisan ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sifat yang sangat mulia dan utama.
Oleh : Mimi Jamilah Mahya, MAIRKH, Dosen STAI Attaqwa Bekasi.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Serambiislam.com, semoga bermanfaat.