lSERAMBI ISLAM – Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, yang dipicu oleh ketidak terimaan suporter Arema Malang terhadap hasil pertandingan, berujung kematian massal.
Tragedi kematian massal tersebut mengingatkan kita akan kejadian serupa di berbagai belahan dunia.
Seperti di Afrika Selatan, Perancis, Ghana, Mesir, Pantai Gading, dan yang terbesar adalah tragedi Estadio Nacional di Peru yang menelan korban jiwa hingga 328 orang.
Kematian, baik yang massal ataupun tidak, adalah sebuah keniscayaan untuk semua makhluk, yang waktu dan tempatnya adalah sebuah misteri ilahi.
Allah berfirman:
Baca Juga:
Momen Penuh Hormat Presiden Prabowo Subianto ke Emil Salim: Minta Maaf Saya Baru Datang Sekarang
Mengenai Kabar Pemindahan Sebagian dari 2 Juta Warga Gaza ke Indonesia, Ini Tanggapan Kemenlu RI
Resmikan 37 Proyek Listrik di 18 Provinsi, Presiden Prabowo Subianto: Kita Menuju Swasembada Energi
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati”. (Luqman: 34)
Bagi seorang muslim kematian harus diusahakan untuk mencapai derajat khusnul khatimah dan di tempat yang terbaik, guna menggapai kebahagiaan yang paripurna di akhirat.
Berkaitan dengan kematian seseorang, Imam Ibnu Katsir Rohimahullah ketika Beliau menafsirkan ayat Allah ‘Azza wa Jalla :
Baca Juga:
Pihak Hamas dan Israel Saling Bebaskan dan Bertukar Tahanan, Gencatan Senjata Mulai Diberlakukan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (Ali ‘Imran: 102)
Beliau mengatakan,
فَإِنَّ الْكَرِيمَ قَدْ أَجْرَى عَادَتَهُ بِكَرَمِهِ أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ، وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعِثَ عَلَيْهِ
“Sungguh Allah yang Maha Mulia dengan kedermawanan-Nya telah menetapkan sunnatullah yaitu barangsiapa hidup di atas suatu kebiasaan, maka ia akan mati di atas kebiasaan tersebut. Dan barangsiapa mati di atas suatu kebiasaan, maka ia akan dibangkitkan di atas kebiasaan tersebut di akhirat.
Baca Juga:
DPP Partai Bulan Bintang Periode 2025 – 2030 Dipimpin oleh Keponakan Yusril Ihza Mahendra
Masih Belum Jelas, Kepastian Waktu Pertemuan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Prabowo Subianto
Petuah imam Ibnu Katsir tersebut merupakan resep khusnul khotimah yang bila disimpulkan, ada dua poin utama untuk mendapatkan ‘happy ending’, yaitu:
1. Pembiasan atau istiqomah dalam amal sholeh.
2. Menjauhi tempat -tempat kemaksiatan.
Ada sebuah kisah yang saya nukil dari firanda.com, berkaitan dengan poin pertama di atas. Kisahnya sebagai berikut:
Ada seorang yang selama 40 tahun telah mengumandangkan adzan, tanpa mengharap imbalan selain wajah Allah. Sebelum meninggal ia sakit parah, maka dia pun didudukkan di atas tepat tidur.
Dia tak dapat berbicara lagi dan juga untuk pergi ke masjid. Ketika sakit semakin parah diapun menangis, orang-orang di sekitarnya melihat adanya tanda-tanda kesempitan di wajahnya.
Seakan-akan dia berucap ya Allah aku telah beradzan selama 40 tahun, engkau pun tahu aku tidak mengharap imbalan kecuali dari Engkau kemudian akan terhalangi dari adzan di akhir hidupku?
Kemudian berubahlah tanda-tanda diwajahnya menjadi kegembiraan dan kesenangan.
Anak-anaknya bersumpah bahwasanya ketika tiba waktu adzan ayah mereka pun berdiri di atas tempat tidurnya dan menghadap kiblat kemudian mengumandangkan adzan di kamarnya, ketika sampai pada kalimat adzan yang terkahir “laa ilaaha illallah” dia pun jatuh di atas tempat tidurnya.
Anak-anaknya pun segera menghampirinya, mereka pun mendapati ruhnya telah menuju Allah.
Salah satu tanda khusnul khatimah seseorang adalah ia dapat mengucapkan laa ilaaha illallah di akhir hayatnya, Nabi Muhammad SAW barsabda:
من كانَ آخرُ كلامِهِ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ دَخلَ الجنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir ucapannya Laa Ilaaha Illallah, pasti ia masuk Surga”. (HR. Hakim, hadits hasan).
Semoga di akhir hayat, kita mampu melafalkan laa ilaaha illallah dan di tempat yang mulia.
Semoga korban tragedi stadion kanjuruhan mendapatkan khusnul khatimah. Amin ya rabbal a’lamin. Wallahu a’lam.
Oleh: Aproni Samsuri, Pengajar Pesantren.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Serambiislam.com, semoga bermanfaat.