SERAMBI ISLAM – bertepatan dengan akhir Safar 1444 Hijriyah. Sebagian masyarakat Indonesia tidak berani menggelar pernikahan di Safar.
Alasannya, Safar dianggap membawa pada nasib buruk atau kesialan. Pandangan ini seolah turun temurun diwarisi dari generasi ke generasi.
Sebenarnya, seperti apa sejarah penamaan bulan ini? Apa saja peristiwa penting di dalamnya? dan bagaimana ajaran Islam memandang bulan kedua setelah Muharram pada kalender Hijriyah ini?
Sejarah penamaan Safar
Kata Safar sendiri terdiri dari tiga huruf shad, fa’, dan ra’ bila digabung akan memiliki variasi cara baca dan memiliki banyak arti.
Baca Juga:
79 WNI Sudah Dipulangkan ke Tanah Air, Kemenlu Sebut Sebanyak 85 Orang WNI Bertahan di Lebanon
50.000 Orang Tak Bersalah Dibunuh Secara Brutal dan 2 Juta Orang Dipenjara, Kata Presiden Erdogan
Dalam kamus Lisanul ‘Arab karya Ibnu Mandzur, kata ini dapat berarti warna kuning (Shufrah) dapat pula berarti kosong (Shafar). (Ibnu Mandzur, Lisanul ‘Arab, Beirut, juz 4, hlm. 460-462)