SERAMBI ISLAM – Masjid Agung Sang Cipta Rasa atau cukup disebut Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1498 oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati.

Pambangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (Demak).

Masjid ini dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.

Sementara penduduk Cirebon pada masa itu menamainya Masjid Pakungwati karena terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. Sekarang masjid ini terletak di depan Keraton Kesepuhan.

Menurut cerita rakyat, pembangunan masjid ini hanya dalam tempo satu malam, pada dini hari keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh.

Masjid yang memiliki saka tatal, suatu tiang yang terdiri atas susunan potongan kayu (tatal) yang diikat satu sama lain, dan dua buah maksurah ini sedikitnya telah mengalami lima kali pemugaran.

Tahun 1934 Pemerintah Hindia Belanda melakukan perbaikan masjid secara keseluruhan, dipimpin oleh Ir. Krijgsman.

Pada tahun 1960 P. Sulaeman Sulendraningrat, Habib Syekh dan R. Amartapura memperbaiki atap dan talang.

Tahun 1972 1974 Pemerintah Daerah Kota Cirebon memperbaiki serambi depan.

Pada tahun 1975 1976 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pemugaran bangunan inti.

Yang dilanjutkan pada tahun 1976 – 1978 memugar tiang soko guru, tempat wudlu, peturasan, bangunan tengah, samping kiri-kanan dan penggantian atap sirap kayu jati.

Purna pugar Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilaksanakan pada 23 Februari 1978.

Masjid Agung Kasepuhan di kelilingi tembok sebagai dinding pembatas halaman, tembok tersebut dihiasi dengan hiasan belah ketupat dan motif berbentuk segi enam.

Masjid ini memiliki ruang utama berukuran 17,80 x 13,30 m yang terdiri dari 6 ruangan, dikelilingi tembok setinggi 3 m.

Tiang utama mesjid terdiri dari 30 buah berbentuk bulat dengan garis tengah 40 cm, berdiri diatas umpak – umpak.

Masjid ini berada dalam lingkungan Keraton Kasepuhan, tepatnya di sebelah barat alun-alun Keraton Kasepuhan.

Halaman Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikelilingi kuta kosod berhias pada tubuh dan puncaknya serta bagian atasnya terdapat 20 buah lampu.

Keluar-masuk halaman dapat melalui enam buah pintu yang berbentuk seperti gapura paduraksa. Pintu gerbang utama terletak di sebelah timur (tengah-tengah).

Gapura mempunyai dua daun pintu dengan hiasan candi laras dan di bawahnya hiasan belah ketupat.

Gapura yang lain berbentuk persegi panjang dengan lengkung.
Ruang utama masjid berukuran 17,8 x 13,30 m, mempunyai fondasi dan tingginya + 10 cm dari lantai serambi.

Ruangan berlantai ubin terakota warna merah ini dikelilingi dinding setinggi 3 m namun tidak sampai ke atap, yang berfungsi sebagai pembatas dengan serambi.

Pada dinding ini terdapat 9 buah pintu dan 44 lubang angin. Kesembilan pintu tersebut melambangkan sembilan wali (Walisongo) yang ada di Jawa.

Pintu utama ke ruang utama yang disebut narpati terletak pada dinding timur, berukuran tinggi 240 cm dan lebar 124 cm.

Pada pintu ini terdapat dua daun pintu, dan pada kanan kiri pintu terdapat pilaster berhias motif teratai dan sulur-sulur di bagian atas dan bawah.

Pada dinding barat bagian tengah terdapat tonjolan berbentuk bulat sebagai tempat mihrab. Kiri kanan mihrab terdapat masing-masing delapan buah lubang angin berbentuk belah ketupat.

Dinding utara dan selatan mempunyai masing-masing empat buah pintu dari kayu dengan dua daun pintu.

Pintu yang berada dekat dinding barat dan timur berukuran tinggi 168 cm dan lebar 68 cm, sedangkan yang di tengah tingginya 122 cm dan lebar 53 cm.

Pada dinding terdapat masing-masing 14 lubang angin berbentuk belah ketupat. Dinding bagian dalam mempunyai hiasan tegel persolin yang ditempelkan di dinding.

Sedangkan bagian luarnya hanya pada bagian atas pintu-pintu tengah yang terdapat hiasan berupa motif geometris dengan bentuk tumpal bergerigi.

Dalam ruang utama terdapat tiang, mihrab, mimbar dan maksurah.

Tiang pada ruang utama berjumlah 30 buah, berbentuk bulat dengan diameter 40 cm, berdiri di atas umpak.

Tiang dari kayu jati berderet dari timur ke barat terdiri atas 12 buah, dan 18 buah lagi berada dekat dinding.

Mihrab terletak pada dinding barat dengan ukuran 244 x 140 x 250 cm. Dinding mihrab sebelah utara dan selatan tegak lurus, sedangkat yang sebelah barat berbentuk setengah lingkaran.

Pada kanan kiri mihrab terdapat dua buah tiang berbentuk bulat dengan hiasan kuncup teratai di atasnya.

Atap mihrab berbentuk lengkungan yang disangga dengan tiang-tiang, dan di tengah lengkungan terdapat motif bunga matahari dengan hiasan lidah api di kanan kiri dan sulur-sulur.

Mimbar yang diberi nama Sang Renggakosa terletak di utara mihrab dan tidak menempel pada dinding.

Bentuk mimbar seperti kursi berukuran 122 x 66 x 230 cm dengan 3 anak tangga dan tangan kursi menyatu dengan tiang mimbar.

Maksurah pada Masjid Agung Sang Cipta rasa ada dua, berbentuk persegi dengan ukuran 325 x 250 cm.

Maksurah merupakan pagar berbentuk palang kayu dan masing-masing dipergunakan untuk tempat shalat Sultan Kesepuhan dan Kanoman.

Maksurah Sultan Kesepuhan terletak di kiri mimbar dengan pintu masuk pada sisi barat, sedangkan maksurah Sultan Kanoman terletak di sebelah selatan dan pintu masuknya di bagian timur.

Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada dua bagian, yaitu serambi dalam yang berada di sekeliling bangunan ruang utama dan serambi luar yang berada di sekeliling serambi dalam.

Serambi yang terletak di sekeliling bangunan ruang utama merupakan bangunan terbuka dan atapnya bersatu dengan bangunan ruang utama. Serambi dalam terdiri atas serambi selatan, timur, utara dan barat.

Serambi yang terletak di sebelah selatan ruang utama dinamakan serambi Prabayaksa, berbentuk persegi panjang, berukuran 29 x 6,40 m, berlantai ubin dengan fondasi padat. Serambi timur dinamakan serambi Pemandangan.

Di depan pintu masuk (timur) terdapat lubang persegi berukuran 5,60 x 2,60 x 0,40 m yang diperkirakan berfungsi sebagai pencuci kaki. Serambi utara berukuran 29 x 6,40 m.

Pada serambi ini terdapat sebilah rotan yang berfungsi sebagai penjemur baju Sunan Kalijaga, yang keadaannya telah retak dan rapuh.

Serambi barat berukuran 33 x 7 m. Pada serambi ini terdapat sebuah bedug dengan panjang 1 m dan diameter 0,80 m.

Bedug ini diberi nama Sang Guru Mangir atau Kyai Buyut Tesbur Putih yang digantung pada sebuah balok melintang di antara dua pengeret.

Serambi luar terdiri atas serambi timur, serambi selatan dan utara. Serambi timur terletak di sebelah timur ruang utama.

Yang terdiri atas dua serambi berbentuk persegi panjang, masing-masing berukuran 31 x 15 m dan 31 x 11 m. Lantai dari ubin warna merah tua dan tanpa dinding.

Atap serambi berbentuk limasan dan ditutup sirap. Serambi selatan berukuran 33,60 x 7 m dan berfungsi sebagai tempat shalat kaum perempuan (pawastren).

Atap serambi berbentuk limasan dan ditutup sirap. Serambi utara berdampingan dengan serambi Pemandangan, berbentuk persegi panjang, berukuran 17 x 7 m.

Bangunan lain yang terdapat dalam kompek Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah tempat wudlu, istiwa, pelayonan dan makam.

Tempat wudlu berjumlah empat buah, masing-masing terletak di sebelah utara, selatan, barat daya dan timur laut. Istiwa adalah alat penunjuk waktu dengan mengacu pada sinar matahari.

Bentuknya bundar dengan tonggak besi dipermukaannya, terletak di halaman halaman utara.

Pelayonan berfungsi sebagai tempat memandikan jenazah, terletak di bagian barat kamar mandi.

Makam yang berjumlah 21 buah terletak di sudut halaman masjid bagian barat daya.

Makam hanya merupakan gundukan tanah yang diberi susunan bata dengan nisan polos dari batu.

Salah seorang yang dimakamkan di komplek ini adalah K.H. Shofa Ibrahim, salah seorang penghulu dalam peradilan agama.

Pada serambi keliling bangunan inti sebelah luar terdapat makam Ki Gede Alang-alang Danusela (Kuwu Cerbon I).

Makam diberi cungkup berukuran 7 x 3,5 m dan atapnya menempel dengan atap serambi.***

Buat yang hobby berbagi tulisan, ayo menulis hikayat, cerita rakyat ataupun asal usul sejarah di kota Anda, artikel dapat dikirim lewat WhatsApp ke: 0855-7777888.

Boleh rewrite (menulis ulang) dari sumber resmi maupun website pemerintah dengan mencantumkan sumbernya, namun dilarang menyadur dari portal berita atau media online lain.

Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.